MENGHARAP OLEH-OLEH DARI TANAH SUCI

oleh : Hairus Salikin
Allah menetapkan bahwa setiap manusia yang secara normatif mengaku beragama Islam punya kewajiban untuk menunaikan Ibadah Haji (QS. 3:97) dengan catatan memenuhi beberapa persyaratan diantaranya memiliki kemampuan maliyah (harta) dan jasmaniah. Kemampuan maliyah maksudnya adalah kemampuan untuk ongkos pulang pergi ke tanah suci serta bekal selama perjalanan dan bekal keluarga yang ditinggalkan. Islam tidak menghendaki seseorang pergi haji sementara keluarga yang ditinggalkan ekonominya terganggu.
Dan yang dimaksud mampu jasmaniah adalah memiliki kesehatan anggota tubuh yang dapat diterima sebagaimana syarat yang telah ditentukan. Sebagai ibadah Mahdhah (Ibadah Ritual), ketika seseorang yang berhaji memenuhi ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh agama, maka orang tersebut akan menjadi haji mabrur dan tiada balasan bagi haji mabrur kecuali syorga (hadist). Kita semua berharap semoga para jamaah haji dijadikan oleh Allah haji mabrur dan membawa oleh-oleh yang bermafaat bagi diri, keluarga serta masyarakat dimana mereka tinggal.

Sejak tanggal 16 sampai degan 18 November 2013 Jember akan kedatangan sekitar dua ribu lebihjamaah haji yang baru pulang dari tanah suci. Selama ini ada kebiasaan di sekitar kita yaitu para jamaah haji sering memberikan oleh oleh kepada para tamu yang menyambut kedatangan mereka.Oleh-oleh yang diberikan biasanya berupa tasbih, sajadah, sorban dan lain sebagainya yang kebanyakan dibelinya di tanah air. Keadaan ini ya sah-sah saja sebagai bentuk hadiah atau tanda berbagi kebahagiaan karena Allah telah memberi kesempatan pada mereka untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima. Tetapi sejatinya ada dua oleh-oleh yang harus dipersembahkan kepada keluarga serta masyarakat oleh para tamu Allah yang baru pulang dari tanah suci dan berpredikat haji mabrur.
Dua oleh-oleh tersebut adalah perbaikan kualitas hubungan dengan Allah (hablun min Allah)dan perbaikan kualitas hubungan terhadapsesama manusia (hablun minannas). Dua oleh oleh itu yang seharusnya disajikan oleh mereka yang berpredikat haji mabrur.Andai mereka bisa membawa dua oleh-oleh tersebut, maka di Kabupaten Jember ini akan ada sekitar dua ribu lebihorang yang menjadi contoh bertambah baiknya kualitas hubungan dengan Allah dan kualitas hubungan terhadap sesama manusia, Insya Allah.
Oleh oleh yang pertama adalah bertambah baiknya kualitas hubungan mereka dengan Allah. Dalam hal ini haji mabrur harus mampu memperbaiki kualitas hubungannya dengan Allah, Tuhan Yang Maha Agung. Kualitas ibadah ritual mereka paling tidak secara fisik dapat kita lihat bertambah baik. Kalau dulu shalatnya hanya yang penting kewajiban tanggal, setelah berhaji shalat mereka bukan hanya merupakan kewajiban tetapi sudah menjadi kebutuhan seperti kebutuhan akan makan dan minum. Mereka selalu menunggu saat-saat untuk shalat guna menghadap Allah. Yang dulu jarang shalat berjamaah sekarang menjadi rajin berjamaah. Haji mabrur seharusnya lebih rajin datang ke masjid dibanding dengan sebelum melaksanakan ibadah haji.
Kalau sebelum berhaji shalat malam hanya sekali-kali, setelah pulang dari tanah suci selalu bangun di sepertiga malam dan menghadap Allah dengan khsuyuknya. Puasa sunnah mereka lebih baik dibanding sebelum berhaji. Kalau dulu tidak paham atas bacaan shalat dan dzikir yang mereka lakukan, sekarang mereka paham makna bacaan-bacaan itu dan mereka melaksanakan isi bacaan tersebut.
Andaikata sebelum berhaji harta yang yang diperoleh tidak jelas dari mana sumbernya atau bahkan jelas-jelas bercampur haram, setelah kembali dari tanah suci mereka patuh dan tunduk terhadap ketentuan Allah dalam mencari harta. Seharusnya infak, sodaqah dan zakat, haji mabrur lebih baik dari segi kualitas dan kuantitasnya dibanding sebelum ke tanah suci.
Oleh-oleh yang kedua adalah bertambah baiknya kualitas hubungan terhadap sesama manusia. Ini harus dilakukan mengingat bahwa baik buruknya akhlak terhadap sesama manusia menjadi tolak ukur kualitas (diterima tidaknya) ibadah ritual kita. Ketika Nabi Muhammad SAW ditanya tentang seseorang yang rajin shalat, puasa dan mengaji tetapi akhlak terhadap tetangganya buruk , beliau dengan tegas mengatakan bahwa orang tersebut di neraka kelak (hadist). Ini menunjukkan bahwa diterima tidaknya ibadah ritual kita sangat ditentukan oleh baik buruknya kualitas akhlak kita terhadap sesama manusia.
Haji mabrur harus menunjukkan kualitas hubungan terhadap sesama manusia lebih baik dibanding sebelum berhaji. Andaikan sebelum berhaji tidak pernah menjalin silaturami dengan sesamanya, setelah berhaji mereka mulai merajuk silaturahmi dengan baik. Kalau sebelum berhaji sering menghardik para pekerja mereka, setelah berhaji hardik menghardik sudah mulai berkurang. Misalkan sebelum berhaji sangat banyak usul, walau pelitnya gak ketulungan, ketika rapat untuk membangun sarana umum di kampungnya, setelah berhaji usulnya mungkin masih tetap banyak tetapi menyumbangnya juga banyak.

Baca Juga :