- oleh Hairus Salikin
Ahir-ahir ini banyak orang membicarakan nama Vicky Prasetyo (VP), mantan tunangan penyanyi dangdut, Zaskia Gotik, yang telah menghebohkan dunia maya karena VP menggunakan hahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakan. Dia mengejutkan banyak orang, baik bagi yang tidak memahami kaidah kaidah bahasa apalagi mereka yang menaruh perhatian khusus terhadap kaidah kaidah bahasa. Di satu sisi penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang keluar dari kaidah dan tidak sesuai kontek sangat menngganggu komunikasi. Namun di lain pihak, keadaan tersebut justru membuat VP banyak dikenal orang. Saking terkenalnya sampai sampai ada istilah (terlepas ini dapat diterima atau tidak) Vickynisasi yaitu berkomunikasi dengan mencampuradukkan kata kata dari Bahasa Indonesia dan Inggris.
Berikut adalah cuplikan gaya bahasa VP yang dapat dilihat di dunia maya ketika diwawancarai saat bertunangan dengan Zaskia Gotik, seorang penyanyi dangdut.
“Di usiaku saat ini, twenty nine my age, aku masih tetap merindukan apresiasi. Karena, basically, aku senang musik, walaupun kontrovesi hati aku lebih menyudutkan kepada konspirasi kemakmuran, Ya”. “Dengan adanya hubungan ini bukan mempertakut, bukan mempersuram statusisasi kemakmuran keluarga kita, tetapi menjadi confident”.
Memang banyak pihak yang menyayangkan cara VP berbicara seperti cuplikan di atas bahkan di dunia maya banyak yang mencemoohnya sebagai tindakan yang tidak benar dan ngawur. Tetapi semua telah terjadi dan tidak ada gunanya menyalahkan orang. Di sekitar kita masih banyak VP yang lain seperti misalnya artis, politisi serta anak anak muda yang masih labil mencari jadi diri. Mereka sering berbicara dengan menggunakan istilah istilah yang mungkin tidak mereka pahami, baik maksud maupun dampak dari pengunaan istilah tersebut. Satu contoh saja, sekitar satu dua tahun yang lalu kita demam dengan kata “sesuatu banget”, yang diucapkan awalnya oleh salah seorang artis. Saya yakin kalau artis tersebut ditanya apa maksudnya, dia akan kebingungan menjawabnya karena dalam kaidah Bahasa Indonesia kata itu tidak tepat. Tetapi toh banyak orang latah menirukan hal tersebut , walaupun sekarang sudah lenyap entah kemana.
Dibanding kita mencemooh dan menyalahkan VP, yang menarik untuk direnungkan adalah kemungkinan-kemungkinan mengapa orang berbahasa seperti itu. Pertama, dia mungkin ingin terkesan keren dan intelek dengan menggabungkan Bahasa Inggris dan Indonesia. Kedua, mungkin orang tersebut memang tidak mengerti sama sekali makna istilah istilah yang dipakainya. Ketiga, dia sengaja mencari sensasi dan dia telah paham betul akan akibat dari bahasa yang dia pakai.
Kemunginan pertama adalah VP ingin terkesan keren dengan memakai istilah istilah yang dicampur antara Bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia. Hal seperti ini bukan hanya dilakukan oleh VP, banyak orang melakukannya walaupun tidak sesemerawut gaya bahasa VP. Lihat kejadian sehari hari, sering kita dengar dalam pidato pidato seseorang menyelipkan istilah istilah rumit yang sebenarnya dapat diganti dengan istilah baku dalam bahasa yang digunakan, misalnya “ desiminasi” “kolaborasi” “event” “meng-up date”, “men-download”,” meng-upload”, “police-line”, “susuatu banget”,) dan masih banyak lagi istilah yang sering dipakai orang agar terkesan lebih keren dan terlihat hebat.
Celakanya istilah istilah tersebut sering tidak dipahami bukan hanya oleh pendengar atau pembaca, bahkan yang berbicara atau yang menulispun sering tidak mengerti pula maknanya. Padahal sebenarnya untuk isitlah istilah itu kita punya padanan Bahasa Indonesianya untuk dipakai baik dalam ucapan maupun tulisan. Lain masalahnya kalau istilah istilah yang harus dipakai memang belum ada padanan Bahasa Indonesianya, maka memakainya adalah wajar wajar saja. Orang orang model ini biasanya menggunakan istilah istilah bahasa sebagai “kosmitik” untuk mempercantik diri, padahal bahasa adalah alat komunikasi bukan kosmitik. Yang terpenting dalam berkomunikasi adalah antara pendengar dan pembica saling memahami apa yang dibicarakan.
Kemungkinan berikutnya adalah bahwa VP memang betul-betul tidak paham terhadap apa yang diucapkannya. Mungkin VP hanya mengeluarkan apa saja yang ada dan terlintas di otaknya tanpa harus mengerti apa maksudnya. Kalau kemungkinan yang kedua ini benar, saya yakin ada sesuatu yang salah pada logika berfikir VP. Sebab orang kebanyakan tidak menggunakan bahasa seperti VP tersebut. Orang yang menggunakan gaya bahasa seperti VP biasanya tidak memahami apa yang diucapkan. Ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh ahli bahasa, Gorys Keraf, bahwa orang yang menulis atau berbicara berbelit belit, dengan kata kata kabur tak terarah menandakan bahwa pembicara atau penulis tidak memahami topik yang dibahasnya. Biasanya ia mencoba menyembunyikan kekurangannya di balik berondongan kata kata hampa. Model seperti bahasa yang dipakai VP ini tidak bisa dilakukan orang kebanyakan karena orang yang normal tidak akan pernah bisa menggunakan bahasa yang melanggar kaidahnya untuk berkomunikasi baik lisan lebih lebih tulisan.
Ketika VP mencalon diri sebagai salah seorang calon kepada desa di sebuah daerah, dia menggunakan Bahasa Inggris yang melanggar kaidah bahasa tersebut. Dalam sebuah sumber di dunia maya, dia bilang “ I am from the birthday in Karang Asih City” (kurang lebih maksudnya I was born in Karang Asih), I’m have to my mind, I’m have to my said, I’am get to get everything. If wanna come to invest… dst . Mencermati kutipan ini, baik penutur asli Bahasa Inggris, apalagi bukan penutur asli, saya yakin dibuat pusing untuk memahaminya, karena pelanggaran kaidah bahasanya sudah terlalu parah. Yang menarik dari ucapan VP adalah bukan soal pelanggaran kaidah bahasanya tetapi bagaimana dia bisa menyusun kata yang melanggar kaidah bahasa yang digunakan dan menggunakannya dengan lancar. Ini bukan pekerjaan yang mudah bagi orang normal. Coba saja kita pakai bahasa apa saja yang kita kuasai dengan melanggar kaidahnya untuk berkomunikasi, niscaya kita akan pusing tujuh keliling dan ahirnya akan kembali pada kaidah yang lasim digunakan. Jadi untuk menggunakan bahasa yang melanggar kaidahnya tidak akan bisa dilakukan secara alami bagi orang orang normal. Oleh karena itu ada sesuatu yang perlu dicurigai dari bahasa yang digunakan VP yaitu kemungkinan yang ketiga.
Kemungkinan yang ketiga adalah VP sengaja mempersiapkan bahasa yang kacau tersebut untuk untuk mencari sensasi saja. Artinya VP bukan tidak sadar terhadap Bahasa yang ia gunakan dan akibat yang ditimbulkannya. Dia tahu betul bahwa gaya bahasanya akan menimbulkan kehebohan dan sebagai akibatnya dia akan dibicarakan banyak orang, dicemooh atau bahkan disebut sebagai, maaf, orang gila. Kalau apa yang diperbuat VP memang disengaja dan dengan penuh kesadaran hanya bermain-main, bisa saja sekarang VP tersenyum geli menikmati kehebohan akibat ulahnya sambil sambil menunggu kepastian hukum yang harus dihadapi karena kasus kasus yang ia lakukan sebelumnya. Atau bisa saja VP mengajukan protes dengan caranya sendiri untuk menggambarkan keadaan pemerintah sekarang. Artinya, VP mungkin ingin mengatakan bahwa pemerintah ini kurang lebih seperti bahasa yang saya pakai. Kalau kemungkinan ini yang benar, sungguh kita telah diperingatkan sekaligus dipermainkan oleh VP dengan menggunakan bahasa yang tidak jelas dan ngawur. Ahirnya pembacalah yang bisa menilai kemungkinan yang mana yang paling mendekati kebenaran terhadap bahasa yang dipakai oleh VP. Selamt merenungkan!!!
Baca Juga :